Minggu, 20 April 2014

“Behind the Scene” Kenikmatan Secangkir Kopi Dunia Ulee Kareng


Mungkin kamu bingung wisata apa saja yang bisa ditemui di kota Banda Aceh? melihat keindahan masjid Baiturrahman, mendapat ilmu baru di museum Tsunami dan menikmati sepiring mie Aceh mungkin sudah biasa dilakukan para wisatawan yang berkunjung ke kota yang dijuluki serambi mekah ini. “Lalu hal apalagi yang bisa saya lakukan di Banda Aceh?” teriak kamu ke layar monitor. “Banyak” banyak hal yang bisa kamu lakukan di kota Banda Aceh, salah satunya itu adalah melihat dan mengikuti sebuah ritual unik kebiasaan masyarakat Aceh yaitu “Minum Kopi!”.

Minum kopi setiap hari sudah menjadi kebiasaan masyarakat Aceh, dari dulu hingga sekarang yang masih bisa ditemui di kota Banda Aceh. Kedai kopi yang tidak pernah sepi oleh masyarakat menjadi bukti bahwa minum kopi telah menjadi kebiasaan besar masyarakat Aceh hingga saat ini. Lalu muncul pertanyaan pada diri “Mengapa orang Aceh suka minum kopi?, apakah karena kenikmatan kopinya atau karena tempatnya yang membuat orang Aceh suka meneguk minuman yang dikenal dapat menghilangkan rasa kantuk ini?” meminum secangkir kopi di kedai kopi yang sangat banyak ditemui di kota Banda Aceh ini dinilai tidak hanya untuk sekedar meneguk sesapan kesegaran kenikmatan semata, melainkan memiliki fungsi sosial pada masyarakat Aceh seperti mendapatkan teman baru, rekan kerja baru, partner bisnis baru hingga pekerjaan baru. Jadi tak heran bila kedai kopi di Banda Aceh tidak pernah sepi oleh masyarakat Banda Aceh.

Kopi yang populer di kalangan masyarakat Banda Aceh adalah salah satunya kopi ulee kareng. Kopi yang telah diekspor ke Thailand dan Malaysia ini dinilai memiliki cita rasa khas tersendiri dan pas di lidah para konsumen. Ulee kareng berasal dari bahasa Aceh, dalam bahasa Indonesia ulee kareng diartikan menjadi “kepala ikan trii aceh”. “Ulee” dalam bahasa Indonesia adalah “kepala” dan “Kareng“ adalah sejenis ikan trii yang bisa di temui di Aceh.

Ulee kareng sebenarnya adalah salah satu nama kecamatan di kota Banda Aceh. Kecamatan ini meliputi kampong Pango raya, Pango deah, llie, Lamteh, Lam Glumpang, Ceurih, Ie Masen, Doy, dan Lambhuk. Di kecamatan inilah proses pembuatan hingga proses produksi dari kopi yang terkenal dengan warna hitam pekatnya itu dilakukan. Tak heran bila merek dagang dari kopi ini sendiri diberi nama “Kopi ulee kareng”.

Nama besar dari kopi ini, membuat saya tertarik untuk melihat secara langsung proses pembuatan dari kopi ulee kareng di pabriknya yang tidak jauh dari rumah yang saya tinggal saat ini. Sangat disayangkan, saya tidak dizinkan masuk dikarenakan pabrik tengah dalam masa renovasi. Langkah saya tidak berhenti sampai disitu saja, rasa keingintahuan yang besar membuat saya mendatangi langsung showroom kopi ulee kareng yang tidak jauh dari pabriknya itu. Banyak hal yang saya tanyakan kepada pramuniaga kopi ulee kareng, mulai dari sejarah, proses pembuatan, hingga proses produksi.


Kopi yang terkenal dengan rasa yang pahit yang khas ini pertama kali dibuat pada tahun 1960, seluruh kegiatan produksi dipimpin oleh bapak Asnawi sekaligus pemilik dari kopi ulee kareng ini. Buah kopi ulee kareng ini langsung didatangkan dari tanah gayo, yaitu daerah penghasil kopi terbesar di Aceh. Biji kopi yang telah melalui proses penggongsengan terlihat seperti ini, namun belum dapat dinikmati.


Proses pembuatan dari kopi ini sendiri saya nilai tidak terlalu rumit, karena buah kopi yang telah dibersihkan dan digongseng langsung proses menjadi butiran-butiran biji kopi atau mereka sering menyebutkannya pecahan 8 biji kopi, yaitu seperti ini:


Sangat terlihat perbedaannya bukan? pecahan 8 seperti tampak gambar diatas kopi sudah langsung bisa dinikmati dengan seduhan air hangat dan sedikit gula.

“Lalu apakah yang membuat berbeda kopi ulee kareng dengan kopi yang lainnya?”

Pramuniaga showroom kopi ulee kareng ini menjelaskan, yang membuat kopi ini berbeda dengan kopi yang lain adalah dari proses pembuatannya yang tidak menggunakan bahan-bahan lain kecuali kopi itu sendiri, sehingga kemurnian dari kopi itu membuat kopi ulee kareng menjadi berbeda dengan kopi yang lainnya.

Hingga saat ini lebih dari 10 jenis variasi kopi telah diproduksi oleh kopi yang memilik merek dagang “kopi ulee kareng” ini seperti, kopi ulee kareng jahe, kopi ulee kareng sanger, kopi ulee kareng white coffee, kopi ulee kareng original dan masih banyak lagi jenis varian kopi yang bisa ditemui pada showroom ini.




Showroom bergaya kafe yang beralamatkan jalan Lamreung Kecamatan Ulee kareng ini memiliki tempat cukup nyaman yang membuat saya betah berada berlama-lama di dalamnya. Ruang yang luas serta kondisi ruangan yang sejuk membuat kenikmatan dan kesegaran dari kopi ulee kareng yang saya nikmati menjadi bertambah.


Didalam showroom ini juga disediakan alat kecil untuk menggiling kopi secara manual yang boleh dicoba pengunjung showroom kopi ulee kareng ini. Cukup memutar tuas, biji kopi yang masih utuh berubah menjadi butir-butiran kopi yang siap dinikmati.


“Mengenai harga?” sepertinya kita tidak perlu khawatir, harga yang ditawarkan dari 1 pack kopi ulee kareng ini bervariasi, tergantung jenis varian yang dibeli. Menurut saya, harga ini cukup murah bagi sekelas kopi yang telah memiliki nama besar ini. Dengan merogoh kocek sekitar Rp.10.000 kita sudah bisa meneguk kesegaran dari kopi ulee kareng ini.


Bagi Anda yang tertarik untuk menikmati kopi ulee kareng atau hanya sebagai buah tangan untuk keluarga Anda. Bisa langsung mendatangi factory outlet kopi ulee kareng dan showroom kopi ulee kareng dengan alamat kurang lebih seperti denah yang saya tampilkan diatas. Ayo ke Banda Aceh!


© akudwi.com 2013 | Blogger Template by Enny Law - Ngetik Dot Com - Nulis